Search This Blog

Saturday, June 8, 2019

Resensi Buku Berkelahi Melawan Korupsi

Siapa yang tidak kenal Bambang Widjojanto (BW baca: BeWe), seorang pendekar antikorupsi yang mewakafkan dirinya dalam hiruk pikuk pemberantasan korupsi di Indonesia bersama Komisi Pemberantasan Korupsi RI (KPK) era tahun 2011-2015. Buku “Berkelahi Melawan Korupsi: Tunaikan Janji, Wakafkan Diri” yang ditulisnya ini menceritakan kisah dan kiprahnya sebagai seorang pendekar antikorupsi yaitu sebagai salah seorang Komisioner di KPK, sebuah lembaga pemberantasan korupsi yang disegani baik kawan maupun lawan.
Sebagai seorang Komisoner, BeWe menyadari bahwa lembaga antikorupsi yang pernah ada di Indonesia mengalami nasib layu sebelum berkembang kalau tidak mau dikatakan sebagai mati muda. BeWe mencatat dalam bukunya, tidak kurang pernah ada 9 lembaga antikorupsi tetapi hanya berumur 3-4 tahun saja. Menurut BeWe, takdir lembaga antikorupsi yang ada di Indonesia diadakan untuk dimatikan, namun KPK adalah anomali atau pengecualiannya. KPK saat ini berusia 13 tahun, hal ini telah mengubah takdir dan menembus batas eksistensi dari lembaga-lembaga anti korupsi yang ada di Indonesia.
KPK untuk saat ini berhasil mempertahankan eksistensinya, KPK menggunakan strategi “melawan sebagai cara bertahan yang efektif”, mungkin itulah mengapa BeWe menggunakan istilah berkelahi melawan korupsi dalam bukunya ini. Apa yang dilakukan BeWe di KPK tidak lain berkelahi dan berkelahi, berkelahi melawan koruptor dalam rangka menunaikan janji dan mewakafkan dirinya pada KPK dalam memberantas korupsi dan mempertahankan eksistensi lembaga, hal-hal itulah yang nantinya dapat pembaca temukan di buku ini. Berkelahi tidak sekedar berkelahi karena binatang juga bisa berkelahi.
Berkelahi ala BeWe dalam bukunya ia sebut sebagai kerja gila, yaitu kerja profesional yang bertanggung jawab, sedapat mungkin zero tolerance dari kesalahan, bukan kerja sembrono dan asal berani, memiliki keikhlasan untuk menghisab dan mengeksploitasi diri serta mewakafkan keberadaannya untuk melakukan pemberantasan korupsi. Menurut BeWe, melalui kerja gila tersebut KPK menjadi lembaga antikorupsi yang telah menembus batas dan mengubah takdirnya yaitu dengan umur panjang dapat mengubah takdir bangsa dari bangsa yang korup menjadi bangsa yang bersih, jujur, berintegritas dan bebas dari korupsi.
Saya pergi untuk pulang. Saya akan kembali walaupun hanya jasad. Perjuangan memberantas korupsi tak boleh berhenti.
- Bambang Widjojanto
Bila kerja gila tidak dimiliki oleh setiap pegiat antikorupsi khususnya pegawai KPK maka visi menembus batas dan mengubah takdir tidak akan tercapai dan bersiaplah mendengar lonceng kematian KPK. BeWe dalam bukunya menampilkan kerja-kerja gila yang dilakukan oleh dirinya dan pegawai KPK lainnya seperti mengorganisir diri dan penggalangan masa dalam rangka melibatkan partisipasi masif secara sadar dan rela berperan aktif dalam upaya pemberantasan korupsi. BeWe berusaha memotivasi, mengubah mindset dan membangun paradigma baru bagi para pegiat anti korupsi bahwa dibutuhkan kerja cerdas dan keikhlasan dalam pemberantasan korupsi. “
Know your enemy!” (kenalilah musuhmu) kalimat itulah yang pernah ditulis oleh Baharudin Lopa seorang pendekar hukum yang sangat anti terhadap korupsi dalam bukunya “Bahaya Komunisme”, disebutkan bahwa komunisme merupakan bahaya laten. Begitu pula halnya di dalam buku BeWe ini, bahaya korupsi merupakan bahaya laten bahkan telah menjadi kejahatan luar biasa yang perlu diperangi sebagai musuh bersama dan lawan abadi. Buku yang ditulis BeWe ini mengajak pembaca untuk mengenali siapa musuh-musuh para pegiat antikorupsi yang pernah menjadi lawan berkelahi BeWe dalam rangka pemberantasan korupsi, ancaman apa yang ditebarkan mereka berikut strategi dan taktik yang mereka miliki.
Peresensi:
Subari Kurniawan Direktorat Penuntutan Komisi Pemberantasan Korupsi

No comments:

Post a Comment